Taman Nasional Danau Sentarum – Sejarah, Alam & Flora Fauna
Taman Nasional Danau Sentarum atau disingkat TNDS yaitu salah satu taman nasional yang berada di pulau Kalimantan. Kawasan seluas 132.000 hektar ini tepatnya berada di provinsi Kalimantan Barat.
Kawasan TNDS dilalui oleh Sungai Kapuas, daerah sekitar sungai terpanjang di Indonesia ini mempunyai ekosistem yang masih sangat orisinil dan menjadi habitat bagi bermacam tumbuhan dan fauna, termasuk beberapa spesies yang nyaris punah.
Selain itu, daya tarik alam yang dimiliki juga tidak kalah indah dengan taman nasional lain di Indonesia, alasannya di kelilingi oleh gugusan perbukitan. TN Danau Sentarum ialah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengetahuan, pendidikan kebudayaan, budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Sejarah Taman Nasional Danau Sentarum
Pada mulanya, tempat Taman Nasional Danau Sentarum berstatus sebagai Suaka Margasatwa yang dikontrol oleh pihak kantor Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat yang ialah perwakilan dari Departemen Kehutanan.
Pada tahun 1994, Suaka Margasatwa Danau Sentarum secara resmi ditetapkan selaku situs Ramsar atau Ramsar List of Wetlands of International Importance yang kedua di Indonesia, sebab Danau Sentarum yaitu salah satu wakil dari daerah lahan basah atau hamparan banjir atau lebak lubung yang bermanfaat penting bagi keseimbangan bumi.
Pada tahun 1996, luas tempat ini ditambah menjadi 132.000 ha dengan menambahkan beberapa bukit di sekitarnya. Kawasan ini bermetamorfosis Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/KptsII/1999 tanggal 4 Februari 1999 dengan luas zona inti 132.000 ha dan zona penyangga yang belum didefinisikan secara resmi.
TNDS tergolong ke dalam inisiasi Heart of Borneo (HoB) yang dideklarasikan pada tahun 2007. HoB merupakan inisiatif dari tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam untuk mengorganisir kawasan hutan tropis dataran tinggi di Borneo dengan berdasar pada prinsip konservasi dan pembangunan berkesinambungan.
Pengukuhan TN Danau Sentarum menjadi cagar biosfer gres dijalankan bersama-sama dengan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dengan nama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu yang dilaksanakan tanggal 25 Juli 2018 pada sidang ke-30 International Coordinating Council (ICC) Man and Biosphere (MAB) UNESCO di Palembang.
Kondisi Alam Taman Nasional Danau Sentarum
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Danau Sentarum / Sentarum Lake National Park terletak di antara 00°45’ – 01°02’ Lintang Utara dan 111°55’ – 112°26’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif mencakup kabupaten Kapuas Hulu, provinsi Kalimantan Barat.
Jarak taman nasional dari kota terbesar di Kalimantan Barat, yaitu Pontianak yakni 700 km. Taman Nasional Danau Sentarum daerahnya meliputi 7 kecamatan, yakni Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau, dan Semitau.
Bentuk topografinya mulai dari datar, bergelombang, sampai berbukit. Sebagian besar terletak di cekungan datar atau lebak lebuh, serta daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh pegunungan, mirip Pegunungan Lanjak di sebelah Utara, Pegunungan Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan, dan Pegunungan Kelingkang di sebelah Barat.
Dilihat dari bentuk topografinya, kawasan Danau Sentarum secara alami menjadi daerah tangkapan air yang berasal dari pegunungan di sekitarnya dan air yang berasal dari luapan Sungai Kapuas. Oleh alasannya adalah itu, daerah TNDS mempunyai fungsi tata air yang sangat penting bagi kawasan disekitarnya.
2. Iklim dan Hidrologi
Kondisi iklim di kawasan TNDS masuk dalam kategori basah dan lembab (ever-wet-climate) yang mendukung perkembangan keanekaragaman hayati. Lahan gambut di kawasan taman nasional ini terbentuk pada kiamat es. Menurut perkiraan, kondisi iklim di paparan sunda lebih kering dengan curah hujan kurang dari 50% dibandingkan kondisi ketika ini.
9 hingga 10 bulan per tahun sebagian besar kawasan dataran rendah yang membentuk cekungan atau lebak lebung terendam air dengan kedalaman 6 hingga 14 meter. Sedangkan pada musm kemarau sebagain besar menjadi danau kering dan hanya sedikit danau yang terisi air atau disebut danau permanen.
Kawasan taman nasional ini menjadi kawasan tangkapan air pada ketika trend hujan dan berkembang menjadi sungguh kering ketika musim kemarau datang. Selain itu, TNDS juga menjadi daerah tadah hujan bagi Sungai Kapuas. Beberapa sungai lain yang menopang Danau Sentarum yaitu Sungai Tawang dan Sungai Leboyan.
3. Geologi dan Tanah
Wilayah TN Danau Sentarum didominasi oleh pasir halus, gambut, dan sedimen kuarter tanah liat. Ada juga singkapan batuan di rawa-rawa, formasi tersier kerikil pasir arkosic outcroppings. Tanah berpasir dimengerti kurang subur dan miskin nutrisi. Adapun tanah di kawasan ini mulai dari bertekstur liat sampai lempung berliat.
4. Ekosistem
Beberapa tipe ekosistem yang terdapat di daerah taman nasional ini antara lain hutan tanah kering dan hutan rawa.
Kawasan hutan lahan kering terdapat di perbukitan dengan ketinggian 140 hingga 750 mdpl dan di dataran tinggi yang bergelombang, antara lain hutan kerangas, hutan sekunder dan hutan perbukitan. Sedangkan hutan rawa terbagi menjadi empat jenis hutan, yakni dwarf swamp forest, stunted swamp forest, hutan rawa tinggi, dan hutan riparian.
Jenis Habitat di TNDS
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI mengkategorikan tipe habitat di daerah Taman Nasional Danau Sentarum berdasarkan wawasan penduduk sekitar, ialah:
1. Hutan Rapak Gelgah / Hutan Rawa Kerdil
Hutan ini juga disebut dwarf swamp forest, karakteristik vegetasinya terdiri dari pohon setinggi 5 hingga 8 meter dan tergenang 8 hingga 11 bulam dalam setahun. Beberapa jenis tumbuhan yang hidup di daerah ini yaitu Putat (Baringtonia acutangula), dan Kebesi (Memecylon edule), Mentagis (Ixora mentangis), Kayu Tahun (Carallia bracteata).
2. Hutan Gelagah / Hutan Rawa Terhalang
Hutan ini juga dinamakan stunded swamp forest yang ditumbuhi flora kerdil setinggi 10 hingga 15 meter. Kawasan ini terendam air setinggi 3 sampai 4 meter selama 4 hingga 7 bulan sehingga pepohonan yang nampak hanya tajuknya saja. Vegetasi yang mendominasi ialah Kamsia yang ditumbuhi epifit, Menungau (Vatica menungau), Kenarin (Diospyros coriacea), dan Menungau (Vatica menungau).
3. Hutan Pepah / Hutan Rawa Tegakan / Hutan Rawa Tinggi
Kawsan ini ditumbuhi vegetasi yang agak tinggi, antara 25 hingga 35 meter. Saat terjadi luapan air atau banjir, maka akan terjadi genangan setinggi 1 sampai 3 meter selama 2 sampai 4 bulan. Contoh tumbuhan yang ada yaitu pohon emang, melaban dan kelansau.
4. Hutan Tepian / Hutan Riparian
Tipe hutan ini berada di pinggir sungai besar. Karena letaknya tersebut, maka genangan air mampu meraih 6 bulan. Contoh vegetasi yang berkembang di tempat ini ialah rengas merah (Gluta renghas) dan tembesu (Fagrarea fagrans).
5. Hutan Rawa Gambut
Rawa gambut yakni jenis ekosistem yang terdapat didaerah agak tinggi dan mengalami genangan 1 sampai 4 bulan setiap tahun, namun genangannya cukup dangkal ialah kurang dari 1,5 meter. Jenis tumbuhan di kawasan ini yaitu Kapur (Dryobalanops abnormis), Bintangur (Callophylum spp.), dan Terindak (Shorea seminis).
6. Hutan Dataran Rendah Perbukitan
Sebagian jenis tanaman yang ada di kawasan ini berasal dari keluarga Dipterocarpaceae, mirip tengkawang rambai (Shorea smithiana), resak (Vatica micrantha), keruing (Dipterocarpus retusus) dan tempurau (Dipterocarpus spp).
7. Hutan Kerangas / Heath Forest
Hutang kerangas yaitu hutan yang berada pada lahan ekstrim atau rawan, serta sungguh peka terhadap gangguan seperti kebakaran hutan. Tumbuhan di hutan ini bergantung pada humus di lantai hutan yang sungguh tipis, sehingga tumbuh kerdil dan batang kurus.
Flora & Fauna Taman Nasional Danau Sentarum
Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum mempunyai kekayaan flora dan fauna yang berlimpah. Berada di wilayah danau membuatnya keanekaragaman spesiesnya bertambah banyak. Mulai dari jenis yang familiar sampai terancam punah dapat ditemukan di tempat ini.
1. Flora
Diketahui terdapat sekitar 675 spesies tumbuhan dan tergolong ke dalam 97 famili yang tumbuh di tempat taman nasional ini. Flora tersebut bermacam-macam, mulai dari spesies langka hingga spesies yang dilindungi. Jenis flora di kawasan ini dapat dibedakan berdasarkan tipe-tipe hutan yang ada.
Flora yang mendominasi Hutan Rawa Putat adalah jenis perdu dan pohon kerdil yang selalu digenangi air. Ketinggian pohon berkisar antara 5 hingga 8 meter. Beberapa jenis flora yang ada disini yaitu belantik (Baccaurea bracteata), melayak (Croton sp), putat (Barringtonia acutangula), pungu (Creteva religiosa), tengelam (Eugenia spp.), tahun (Garcinia sp), dan mentangis (Randia sp).
Hutan
Rawa Kawi yaitu tipe hutan terbuka dengan ketinggian pohon antara 6 sampai 25
meter. Jenis tumbuhan yang umum didapatkan antara lain pekeras (Homalium
caryophyllaceum), musi (Thoracostachyum bancanum), mentangur (Calophyllum
sp), lebang (Coccoceras sumatrana), timba tawang (Crudia
teysmannia), kenarin (Diospyros coriaceae), sikup (Garcinia
celebica), kemelat (Mallotus echinatus), lilin (Urophyllum
macrophyllum), dan kawi (Shorea balangeran).
Hutan
Rawa Rengas juga termasuk hutan terbuka yang memiliki kekayaan tumbuhan berlimpah.
Beberapa diantaranya ialah rengas merah (Gluta renghas), engkunik (Antidesma
stipulare), cempedak (Artocarpus teysmannii), adau (Tristania sp.),
kertik (Homalium sp.), belantik (Baccaurea bracteata), kelusuk
bujang (Pternandra galeata), menungau (Vatica sp), dan musi (Thoracostachyum
bancanum).
Hutan Rawa Tempurau berada di tempat yang cukup tinggi di sekitar Sungai Kapuas dan menjadi ladang masyarakatsekitar. Pepohonan di hutan ini rata-rata memiliki tinggi sekitar 22 meter. Jenis yang biasa ditemui adalah puduk (Artocarpus sp.), purik rawa (Mitragyna speciosa.), nipis kulit (Nephelium sp.), dadap timbung (Kayea sp.), medang rawa (Litsea sp.), banyur hutan dan (Pterospermum sp.).
Hutan
Rawa Gambut Kelansau-Kerintak berada di kaki bukit dengan ketinggian pohon rata-rata
23 meter. Pohon kalansau (Dryobalanops abnormis)
dan kerintak
(Shorea seminis) bahkan mencapai 50 meter. Jenis seperti tanaman bawah,
liana, epifit, dan lumut juga banyak dijumpai di tempat ini.
Beberapa jenis lain yang sering dijumpai di hutan TN Danau Sentarum yakni mentangur watu (Calophyllum sclerophyllum), empaik (Crudia sp.), kulit lawang (Cinnamomum sp.), juing rimba (Dillenia sp.), malam (Diospyros sp), , manyam rimba (Galaeria filiformis), sempetir (Kingiodendron sp.), sengkayang (Sapium discolor.), dan jenis jambu-jambuan mirip tengelam.
Hutan Kerangas ialah area yang tidak pernah tergenang air serta berada di atas lapisan pasir berlempung. Tinggi rata-rata pohon di area ini sekitar 28 meter dan yang paling tinggi sekitar 37 meter. Beberapa jenis tanaman yang hidup antara lain enkabut (Lycopodium cernuum) serta kantong semar mirip entuyuk (Nepenthes ampularia) dan samong kereh (N. mirabilis).
Adapun
jenis yang mendominasi ialah bunan kelansau bukit (Dryobalanops sp.), (Calophyllum
macrocarpa), menggeris (Koompassia malaccensis), gurak (Cheilosa
montana), pangerawan buaya (S. uliginosa), masang (Shorea laevis), malam (Diospyros sp), kerintak (S.
seminis), kertik bukit (Homalium
sp.), balik (S. pauciflora), dan resak padi (Vatica cinerea).
Uniknya, di Danau Sentarum ditemukan jenis tumbuhan yang serupa dengan tanaman endemik yang ada di Sungai Amazon. Spesies tersebut yaitu pohon pungguk (Crateva religiosa).
2. Fauna
Ada aneka macam jenis fauna yang hidup di daerah taman nasional ini. Mulai dari jenis ikan dan reptil, mamalia, sampai jenis burung. Sebagian diantaranya ialah spesies yang liar, endemik, hingga klasifikasi langka dan terancam punah.
Jenis ikan yang mampu dijumpai di taman nasional ini ada dua macam, yaitu yang bisa dimakan dan ikan air tawar. Tercatat ada 265 spesies ikan air tawar yang telah diidentifikasi, seperti ikan tapah (Wallago leeri) dan ikan linut (Sundasalax cf. mixrops).
Sementara beberapa jenis ikan yang mampu dimakan antara lain jelawat, lais, belida, ikan toman, dan ikan patin. Ada juga ikan hias mirip seperti ikan siluk merah super yang umum disebut selaku ikan arwana super merah (Scleropages formosus) yang merupakan jenis terancam punah dan berhabitat di tempat taman nasional ini.
Ikan
hias jenis lain yang juga dapat didapatkan di sini ialah ketutung (Balantiocheilos
melanopterus), seluang hantu (Epalzoerhynchos kalopterus), engkadik
(Botia hymenophysa), ringau (Datminodes microlepis)dan ikan ulang
uli (Botia macracantho).
Tercatat ada 147 spesies mamalia hidup di daerah ini dan sebagian diantaranya adalah jenis endemik hingga yang hampir punah, seperti kepuh (Presbytis melalaphos cruniger), ungko tangan hitam (Hyobates agilis), kelempiau kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus), dan harimau dahan (Neofelis nebulosa).
Adapun jenis burung yang mampu dijumpai di daerah taman nasional sekitar 310 spesies yang beberapa diantaranya yaitu spesies langka dan dilindungi secara internasional.
Beberapa di antara spesies burung tersebut adalah bangau tuntong (Leptoptilus avanicus), bangau hutan rawa (Ciconia stormi), karau paruh merah (Ciconia stormi), ruwai (Argusianus argus), beluk ketupa (Ketupa ketupa), dan 8 jenis Rangkong (Bucerotidae).
Sedangkan jenis reptil yang terdapat di daerah Danau Sentarum ada sekitar 31 golongan. Beberapa diantaranya yaitu spesies yang dilindungi, mirip buaya muara (Crocodylus porosus), buaya sinyulong (Tomistoma schlegelli), jenis ular, biawak, dan labi-labi.
Bahkan ada jenis buaya yang telah dinyatakan punah sejak 150 tahun lalu, tetapi diperkirakan masih hidup di kawasan taman nasional ini, adalah buaya rabin atau buaya katak (Crocodylus raninus).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada berbagai aktivitas yang dapat dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Mulai dari sekadar memperhatikan keindahan flora dan fauna, hingga mendatangi berbagai titik rekreasi yang prospektif pemandangan mengagumkan.
1. Pesona Danau Sentarum
Sesuai dengan nama taman nasional ini, Danau Sentarum menjadi ikon yang begitu menawan. Air danau yang berada di lahan basah dan hutan tropis ini bewarna hitam kemerahan sebab mengandung zat tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya.
Kedalaman Danau Sentarum saat pasang meraih 6 hingga 15 meter. Airnya berwarna coklat kemerahan akibat materi asam tannin dari pohon dan daun yang membusuk di dalam air. Sedangkan saat surut, danau ini cuma menyisakan beberapa titik air dan menjadi sumber kehidupan bagi satwa yang hidup di balik semak belukar.
2. Laboratorium di Bukit Tekenang
Lokasi ini menjadi surga bagi para hadirin yang mempunyai ketertarikan untuk mengenal lebih jauh ihwal TNDS. Pengunjung dapat melakukan penelitian terhadap berbagai kekayaan alam di taman nasional ini.
3. Bukit Lanjak dan Nanga Keneleng
Taman nasional ini memang menjadi nirwana bagi berbagai jenis satwa. Salah satunya yaitu beragam jenis burung yang dapat dijumpai di daerah ini.
Bagi para hadirin yang mempunyai minat besar terhadap burung, Bukit Lanjak dan Nanga Keneleng menjadi tujuan rekreasi yang sempurna. Kedua tempat tersebut mempunyai spot terbaik untuk memperhatikan daya tarik berbagai jenis burung di Danau Sentarum.
Masyarakat Danau Sentarum
Penduduk yang tinggal di sekitar daerah Taman Nasional Danau Sentarum sebagian besar ialah masyarakat Melayu dan Dayak. Kedua etnis tersebut hidup rukun dan saling mempertahankan kelestarian taman nasional.
1. Masyarakat Melayu
Menurut perkiraan, sebelum kurun ke-18 terdapat lebih dari 45 dusun permanen dan 10 dusun musiman di sekeliling area taman nasional. Sedangkan menurut sejarah kerajaan, daerah ini mencakup setidaknya 5 kerajaan.
Suku Malayu yang ada di tempat ini mampu dibedakan berdasarkan rumah tinggalnya, yakni melayu dengan rumah budpekerti lanting (rumah terapung), rumah jangkung (tiang tongkat rumah tinggi), serta rumah perahu (motor bandung atau kelotok).
Mayoritas penduduk Melayu bermata pencaharian selaku nelayan yang masih menggunakan alat tangkap tradisional, mirip jala, pukat, sentaban atau jebakan ikan, budidaya ikan karamba dan mengumpulkan ikan-ikan hias di daerah Danau. Menurut perkitaan hasil panen ikan di kawasan ini mencapai 5 sampai 6 milyar per tahun.
Selain nelayan, adapula yang berprofesi selaku peternak lebah madu liar (Apis dorsata) dan sudah dilaksanakan bebuyutan selama ratusan tahun. Setiap tahun ternak lebah hutan ini menghasilkan madu 10 hingga 20 ton atau senilai 250 hingga 500 juta.
Budidaya lebah hutan ini cukup unik alasannya pengambulan madu dilakukan dengan cara tradisional, yakni tikung (sarang produksi), lalau (lebah yang bersarang di kayu besar), serta rapak (lebah yang bersarang di sembarang kawasan). Madu dari lebah Danau Sentarum telah mendapatkan akta BIOCERT dan diakui dunia internasional.
2. Masyarakat Dayak
Selain penduduk Melayu, di tempat perbatasan TNDS juga didiami oleh penduduk dari suku Dayak Iban, Kantuk dan Embaloh. Sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani ladang, berburu, mengorganisir perkebunan karet dan petani buah.
Sedangkan penduduk yang tinggil di erat hulu sungai atau danau umumnya bekerja selaku petani ladang, penangkap ikan dan berburu labi-labi. Masyarakat Dayak tinggal di rumah betang atau rumah panjang dan sebagian kecil membangun rumah kecil secara terpisah.
Tantangan TN Danau Sentarum
Ekosistem yang ada di Taman Nasional Danau Sentarum tidak luput dari ancaman dan problem, seperti perubahan iklim yang menyebabkan pergesar trend kemarau lebih usang, penurunan mutu lingkungan, penbangan liar, penurunan populasi ikan akhir polusi air, ketinggian air tidak menentu, kebakaran hutan dan lahan, hilangnya keragaman hayati, perkemban ekowisata, sampai konflik vertikal dan horizontal.
Upaya pebaikan dan pelestarian melalui kerjasama banyak sekali pihak mesti terus dijalankan agar seluruh unsur hayati yang ada di taman nasional ini tetap lestari.
0 Response to "Taman Nasional Danau Sentarum – Sejarah, Alam & Flora Fauna"
Post a Comment